PENCEMARAN
LINGKUNGAN, PEMANASAN GLOBAL DAN HUJAN ASAM
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat
waktu.
Berikut
ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Pencemaran
Lingkungan, Pemanasan Global dan Hujan Asam", yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
Melalui
kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan memohon memaklumi bila
mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat
atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan
ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Medan, 7 April 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kehidupan
manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial. Kita memerlukan sumber daya alam dari ingkungan untuk
memenuhi kebutuhan. Kebutuhan sandang, pangan, papan semuanya memerlukan
lingkungan.Namun dalam pemanfaatan sumber daya tersebut, terkadang manusia
tidak memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan. Dan serakah dalam pemanfaatan lingkungan tersebut. Sehingga mengakibatkan
terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan. Dan akhirnya berdampak pada manusia itu sendiri.
Sehingga akan mengancam kelestarian makhluk hidup di dalamnya termasuk manusia.
Dengan adanya kejadian tersebut, timbullah pemikiran manusia untuk melestarikan
lingkungan tempat tinggalnya demi kelangsungan hidup generasi berikutnya.
Sehubungan dengan peristiwa tersebut maka pencemaran lingkungan akan menjadi
topik dalam makalah ini.
Lingkungan biasanya
diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling kehidupan atau organisme.
Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam
bentuk individual maupun kuminitas pada tempat tertentu. Masalah pencemaran
merupakan suatu masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan
masyarakat di seluruh permukaan bumi kita ini. Masalah pencemaran merupakan
suatu masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua
pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran,
bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi pencemaran
lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan
hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun
fungsinya terganggu. Ketidak seimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi
karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia.Sedangkan Pencemaran
Lingkungan itu sendiri dapat di klasifikasikan menjadi tiga yaitu :
a)
Pencemaran tanah
b)
Pencemaran udara
c)
Pencemaran air
Dari tiga pencemaran lingkungan di atas semuanya
sangat berpengaruh dalam medianya sendiri-sendiri, yaitu :
A. Medium
air, untuk keperluan minum, memasak, sebagai pembersih, untuk keperluan
industri dan pertanian.
B. Medium
tanah, untuk pertanian, tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat tinggal dan
sebagainya.
C. Medium udara, semua makhluk hidup memerlukan
udara untuk bernafas, tanpa udara di bumi ini tidak akan ada kehidupan.
Oleh karena
itu dalam laporan ini, akan di bahas lengkap ketiga pencemaran tadi dan dapat
mengetahui sebab,akibat,dan solusi dari ketiga pencemaran tadi.
Pemanasan global (global warming) adalah proses meningkatnya
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC), suhu rata-rata di bumi telah meningkat selama seratus tahun terakhir.
Hal ini diakibatkan karena aktivitas manusia yang
menyebabkan konsentrasi gas-gas
rumah kaca
meningkat. Menurut beberapa penelitian, pemanasan global terjadi sejak Revolusi
Industri di Inggris pada tahun 1750—1850. Revolusi Industri telah menciptakan
banyak kemajuan di bidang industri. Namun, Revolusi Industri menyebabkan dampak
negatif bagi alam. Salah satu dampak negatif dari Revolusi Industri adalah
meningkatnya suhu global akibat diproduksinya gas-gas rumah kaca dari
mesin-mesin industri.
Meningkatnya
temperatur global dapat mengakibatkan berbagai dampak yang serius. Salah satu
dampaknya adalah naiknya permukaan air laut. Fenomena ini dapat terjadi jika
gletser di kutub utara terus mencair. Dampak lain yang lebih serius adalah
meningkatnya intensitas kejadian cuaca ekstrim di berbagai belahan dunia.
Pemanasan global terus menimbulkan dampak yang semakin meresahkan. Oleh karena
itu, diperlukan penanganan yang serius dan kesadaran umat manusia untuk selalu
menjaga dan merawat bumi.
Dengan semakin meningkatnya ilmu
pengetahun dan teknologi (IPTEK), semakin tinggi pula aktivitas kegiatan
ekonomi manusia, di antaranya dengan semakin pesatnya perkembangan sektor
industri dan sistem transportasi. Sebagai konsekuensi logis, maka semakin
dampaknya akan meningkatkan pula zat-zat polutan yang dikeluarkan kegiatan industri
maupun transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu
akan berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara.
Beberapa contoh efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
menjadi isu-isu global antara lain efek rumah kaca, pemanasan global, polusi,
sampah, dan hujan asam.Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus
Smith pada tahun 1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah
kawasan industri di bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya
merupakan bagian dari peristiwa terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa
bahan pencemar di udara yang bercampur dengan air hujan bersenyawa menjadi asam
dan menyebabkan kerusakan bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air
hujan normal memang sudah asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6- 5,0.
Keasaman ini dihasilkan ketika
karbondioksida dan materi asam alami lainnya terurai dalam uap air yang
bercampur di udara.Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa
banyak gas polutan yang menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur
dioksida yang umumnya dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan batubara, dan nitrogen oksida dari kendaraan bermotor serta bahan
bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua unsur tersebut bersenyawa di
atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari senyawa-senyawa asam lainnya.
Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan gabungan antara asam sulfur dan asam
nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju reaksi proses itu. Hujan asam
menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau, sungai serta
menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung,
patung-patung dan peninggalan sejarah.Mengingat begitu besar dampak yang
ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, maka
pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana hujan asam terbentuk, dampak
hujan asam terhadap manusia dan lingkungan, serta usaha yang dapat kita lakukan
untuk mengurangi dan mencegah terjadinya hujan asam.
1.2
Perumusan
Masalah
Adapun masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana masalah yang dihadapi oleh
masyarakat adalah kurangnya pemahaman mengenai lingkungan, jenis pencemaran
lingkungan, dan penyebab terjadinya pencemaran serta upaya apa yang harus
dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan pencemaran yang terjadi di sekitar
lingkungan tersebut?
2. Apa yang dimaksud pemanasan global?
3. Apa penyebab terjadinya pemanasan
global?
4. Apa dampak dari pemanasan global
terhadap alam?
5. Apa dampak dari pemanasan global
pada bidang sosial dan politik?
6. Bagaimana cara pengendalian
pemanasan global?
7. Apa pengertian Hujan Asam?
8. Apa macam-macam Hujan Asam?
9. Apa penyebab terjadinya Hujan Asam?
10. Bagaimana
proses terjadinyaHujanAsam?
11. Apa dampak Hujan Asam terhadap kehidupan Manusia dan Lingkungan?
12. Bagaimana
upaya untuk mengurangi dan mencegah dampak dari Hujan Asam?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur pencemaran lingkungan,
pemanasan global dan hujan asam yang terdapat di dalam perikehidupan alam ini. Selain itu, pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Biologi Umum 2.
1.4 Manfaat
Didalam makalah ini akan dicoba untuk memberikan gambaran mengenai bahaya pencemaran lingkungan,
pemanasan global dan hujan asam terhadap dalam kehidupan sehari-hari. Serta dapat mengetahui cara mengatasinya. Selain itu diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca akan terpikir atau terinvirasi dapat membantu untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan, pemanasan
global dan hujan asam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Lingkungan Hidup
Sebelum kita membahas tentang pencemaran lingkungan,
ada baiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu definisi dari lingkungan itu
sendiri. Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa defisini tentang
lingkungan.
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan
ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berWawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak
berdaulat, dan yurisdiksinya.
2.2 Pengertian dan Macam – Macam Pencemaran Lingkungan
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan
Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh
kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap
lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka
diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku
mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
2.3
Penyebab
Terjadinya Pencemaran Lingkungan
Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagian
besar disebabkan oleh tangan manusia. Pencemaran air dan tanah adalah
pencemaran yang terjadi di perairan seperti sungai, kali, danau, laut, air
tanah, dan sebagainya. Sedangkan pencemaran tanah adalah pencemaran yang
terjadi di darat baik di kota maupun di desa.Alam memiliki kemampuan untuk
mengembalikan kondisi air yang telah tercemar dengan proses pemurnian atau
purifikasi alami dengan jalan pemurnian tanah, pasir, bebatuan dan mikro
organisme yang ada di alam sekitar kita.
Jumlah pencemaran yang sangat masal dari pihak manusia
membuat alam tidak mampu mengembalikan kondisi ke seperti semula. Alam menjadi
kehilangan kemampuan untuk memurnikan pencemaran yang terjadi. Sampah dan zat
seperti plastik, DDT, deterjen dan sebagainya yang tidak ramah lingkungan akan
semakin memperparah kondisi pengrusakan alam yang kian hari kian bertambah
parah.
Sebab Pencemaran Lingkungan di Air dan di Tanah :
·
Erosi
dan curah hujan yang tinggi.
·
Sampah
buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk.
·
Zat
kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya.
Salah satu penyebab pencemaran di air yang paling
terkenal adalah akibat penggunaan zat kimia pemberantas hama DDT. DDT digunakan
oleh para petani untuk mengusir dan membunuh hama yang menyerang lahan
pertanian.DDT tidak hanya berdampak pada hama namun juga binatang-binatang lain
yang ada di sekitarnya dah bahkan di tempat yang sangat jauh sekalipun akibat
proses aliran rantai makanan dari satu hewan ke hewan lainnya yang
mengakumulasi zat DDT. Dengan demikian seluruh hewan yang ada pada rantai
makanan akan tercemar oleh DDT termasuk pada manusia.DDT yang telah masuk ke
dalam tubuh akan larut dalam lemak, sehingga tubuh kita akan menjadi pusat polutan
yang semakin hari akan terakumulasi hingga mengakibatkan efek yang lebih
menakutkan.
2.4 Dampak Pencemaran
Lingkungan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung
pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk
semua populasi.Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena
dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada
seluruh populasi.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak
terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat
timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah
sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropodayang hidup
di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa
spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut
rendah, bagian bawah piramida makanan dapat
menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada
makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada
saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung
menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan
kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme
tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini
dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini
memiliki waktu paruh yang panjang dan
pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar
tanah utama.
2.5 Penanganan Pencemaran Lingkungan
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan
tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan
ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,venting (injeksi), dan
bioremediasi.Pembersihan off-site meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah
itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar
dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan
off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi adalah proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).
2.6
Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan Global adalah meningkatnya
suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di
atmosfer. Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti
meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir
dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang
berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
2.7
Hubungan Pemanasan Global dengan Efek Rumah Kaca
Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi
panas karena radiasi panas matahari yang masuk ke atmosfer. Panas ini sebagian
diserap oleh permukaan Bumi lalu dipantulkan kembali ke angkasa. Karena ada gas
rumah kaca di atmosfer, di antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitro
oksida (N2O), sebagian panas tetap ada di atmosfer sehingga Bumi menjadi hangat
pada suhu yang tepat (60ºF/16ºC) bagi hewan, tanaman, dan manusia untuk bisa
bertahan hidup. Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek
gas rumah kaca, suhu rata-rata di dunia bisa menjadi -18ºC. Sayangnya, karena
sekarang ini terlalu banyak gas rumah kaca di atmosfer, terlalu banyak panas
yang ditangkapnya. Akibatnya, Bumi menjadi semakin panas.
2.8
Penyebab Pemanasan Global
Pemansan global terjadi ketika ada
konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yg terus
bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan
industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon
dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas
dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan
dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri
dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon seperti juga gas
rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol
Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah
gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari
matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya
untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap
tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan
itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi
energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh
negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar
fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah
wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu,
jumlah dana untuk pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin,
biogas, air, khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan
bahan bakar fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam
perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk
bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi
penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%,
dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi
kesuburan tanah.
2.9
Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global mengakibatkan dampak
yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di
kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan
banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan
hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat
meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b)
gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan
dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan
produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah
penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua
dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan
banjir.
Dampak-dampak lainnya :
·
Musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati
·
Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir
·
Mencairnya es dan glasier di kutub
·
Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan
·Kenaikan
permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100
diperkirakan permukaan air laut naik hingga 15 - 95 cm.
·Kenaikan
suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan
kerusakan terumbu karang di seluruh dunia
·
Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan
·
Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah-daerah baru
karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk)
·
Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian
2.10 Solusi Pemanasan Global
a. Jadilah Vegetarian
Memproduksi daging sarat CO2 dan metana
dan membutuhkan banyak air. Hewan ternak seperti sapi atau kambing merupakan
penghasil terbesar metana saat mereka mencerna makanan mereka. Food and
Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan produksi daging menyumbang 18%
pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan seluruh transportasi di dunia
(13,5%). Lebih lanjut, dalam laporan FAO, “Livestock’s Long Shadow”, 2006
dipaparkan bahwa peternakan menyumbang 65% gas nitro oksida dunia (310 kali
lebih kuat dari CO2) dan 37% gas metana dunia (72 kali lebih kuat dari CO2).
Selain itu, United Nations Environment Programme (UNEP), dalam buku panduan
“Kick The Habit”, 2008, menyebutkan bahwa pola makan daging untuk setiap orang
per tahunnya menyumbang 6.700 kg CO2, sementara diet vegan per orangnya hanya
menyumbang 190 kg CO2! Tidak mengherankan bila ahli iklim terkemuka PBB, yang
merupakan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, Dr.
Rajendra Pachauri, menganjurkan orang untuk mengurangi makan daging.
b.
Tanam Pohon
Satu pohon berukuran agak besar dapat
menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Dalam seluruh masa hidupnya, satu batang pohon
dapat menyerap 1 ton CO2. United Nations Environment Programme (UNEP)
melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas rumah kaca. Seperti
kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka
ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap sebagian besar justru
akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, pikir seribu kali sebelum menebang
pohon di sekitar Anda. Pembabatan hutan juga berkaitan dengan peternakan.
Tahukah Anda area hutan hujan seukuran 1 lapangan sepak bola setiap menitnya
ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi seorang
vegetarian, Anda dapat menyelamatkan 1 ha pohon per tahunnya.
c.
Bepergian yang Ramah Lingkungan
Cobalah untuk berjalan kaki, menggunakan
telekonferensi untuk rapat, atau pergi bersama-sama dalam satu mobil. Bila
memungkinkan, gunakan kendaraan yang menggunakan bahan bakar alternatif. Setiap
1 liter bahan bakar fosil yang dibakar dalam mesin mobil menyumbang 2,5 kg CO2.
Bila jaraknya dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa memilih kereta api
daripada pesawat. Menurut IPCC, bepergian dengan pesawat menyumbang 3-5% gas
rumah kaca.
d.
Kurangi Belanja
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah
kaca dunia dan kebanyakan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Jenis
industri yang membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai contohnya besi,
baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan kertas. Oleh karena
itu, jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang baru. Setiap proses
produksi barang menyumbang CO2.
e.
Beli Makanan Organik
Tanah organik menangkap dan menyimpan
CO2 lebih besar dari pertanian konvensional. The Soil Association menambahkan
bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang disumbang oleh
pertanian.
f.
Gunakan Lampu Hemat Energi
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah
Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat 400 kg CO2 dan lampu hemat
energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar biasa.
g.
Gunakan Kipas Angin
AC yang menggunakan daya 1.000 Watt
menyumbang 650 gr CO2 per jamnya. Karena itu, mungkin Anda bisa mencoba
menggunakan kipas angin.
f.
Jemur Pakaian Anda di bawah Sinar Matahari
Bila Anda menggunakan alat pengering,
Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur pakaian secara alami jauh lebih baik:
pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai tidak menyebabkan polusi udara.
g.
Daur Ulang Sampah Organik
Tempat Pembuangan Sampah (TPA)
menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang dilepaskan saat proses
pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik (misal dari
sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu
mengurangi masalah ini!Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat
Didaur Ulang. Mendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2
per kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang didaur ulang, Anda menghemat
1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat 900 kg CO2.
2.11 Definisi Hujan Asam
Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17,
hal ini diketahui dari buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the Air“. Buku tersebut menggambarkan
fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino-sulforus
spiris“.
Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad
ke 18 memaksa penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai sember utama
energi untuk mesin-mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan asam yakni
gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal biasanya precussor
ini hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert
Angus Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah
daerah industri di Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam
pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings of
Chemical Technology“.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti SO2 penyebab
hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat
mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam
menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan
istilah yang kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer
ke permukaan bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam,
karena pengendapan asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air
hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan
langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
2.12 Proses Terbentuknya Hujan Asam
Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam
nitrat, atau asam klorida yang ada do atmosfer baik sebagai gas maupun cair
terdeposisikan ke tanah, sungai, danau, hutan, lahan pertanian, atau bangunan
melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut
berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan manusia (anthropogenic) seperti emisi pembakaran batubara dan
minyak bumi, serta emisi dari kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti letusan
gunung berapi juga dapat menjadi salah satu penyebab deposisi asam. Reaksi
pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi
katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak dan kompleks,
namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini.
1. Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)
Gas SO2, bersama dengan
radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di atmosfer, akan
membentuk asamnya.
SO2 + OH
→ HSO3
HSO3 + O2 → HO2 + SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka
radikan hidroperoksil (HO2) yang terjadi
pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali seperti:
NO + HO2 →
NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama
ada NO diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi
semakin banyak SO2, maka akan semakin banyak pula
asam sulfat yang terbentuk.
2. Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)
Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara
gas Nitrogen dioksida dengan radikal hidroksil.
NO2 + OH
→ HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida
dengan ozon
NO2 + O3 → NO3 + O2
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O → HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan concong
menghasilkan asam pada tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan
tanah pertanian mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam,
namun garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat
dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan
membentuk ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.
HNO3 sangat asam dan larut
dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan asam keras dan reaktif terhadap
benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh sebab itu, presipitasinya akan
merusak tanaman terutama daun.
3. Pembentukan Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer,
dimana reaksinya melibatkanChloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC + hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi diatas merupakan bagian dari rangkaian reaksi
yang menyebabkan deplesi lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam
tersebut dalam hujan asam biasanya berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat,
32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam Chlorida.Pulau Jawa memiliki tingkat
emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia, terutama disebabkan oleh
sebagian besar kegiatan perekonomian yang terpusat di pulau ini. Pada tahun
1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun,
sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000
tercatat mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara dari berbagai
sumber pencemar
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan
dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan
tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan
pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat
terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam
dan terdeposit ke tanah.
Hujan asam karena proses industri telah menjadi
masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan
daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di
Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New
England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai
bahan bakarnya.
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari
analisa es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya revolusi industri
dari Ph 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang
dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun,
organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di
dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga
jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH
secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi
sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang
menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama
meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang
tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Penggunaan cerobong asap yang tinggi
untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena
emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang
memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang
jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh
lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
2.13 Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan
Manusia dan Lingkungan
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak
yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem.
Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada
lingkungan abiotik, antara lain :
a) Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan
sedikitnya spesies yang bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya
pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak
memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan
membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi
enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat
logam beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa
ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit
bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga
dihambat oleh tingginya kadar pH.
b) Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek
terhadap tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian mineral
seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan yamg merupakan mineral utama bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam
berat seperti Al, yang justru menghambat pertumbuhan akar dan menghambat
penyerapan air. Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air. Adanya
pelapukan dalam batang menandakan terjadinya kerusakan sistem transportasi air
pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa
hujan asam menghambat beberapa pohon spruce dan beech mencapai umur lebih dari
30 – 40 tahun
c) Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai
macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga
tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan
akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan
mineral-mineral penting menjadi hilang.Hujan asam yang larut bersama nutrisi
didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat
menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti
aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini
dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan
mati.
d) Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak
diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran
udara khususnya oleh senyawa NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan
banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor
kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang
berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap
pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.Akan tetapi, kuat dugaan
bahwa ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang
besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada
anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer. Walaupun
hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai
mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran
masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an
setelah di New York Times memuat
laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest in New Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh hujan asam.
e)Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan
dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding
beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta
monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan
melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah
menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
Lebih lanjut, Harjanto, N.T., (2008) mengungkapkan beberapa dampak
dari deposisi asam ini sangat luas yakni terhadap makhluk hidup, vegetasi dan
struktur bangunan seperti pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Dampak Deposisi Asam
Dampak terhadap
|
Keterangan
|
Makhluk Hidup
|
1.
Punahnya beberapa jenis ikan
2.
Mengganggu siklus makanan
3.
Mengganggu pemanfaatan air untuk air minum,
perikanan, pertanian
4.
Menimbulkan masalah pada kesehatan, pernafasan dan
iritasi kulit
|
Vegetasi
|
1.
Perubahan keseimbangan nutrisi dalam tanah
2.
Mengganggu pertumbuhan tanaman
3.
Merusak tanaman
4.
Menyuburkan pertumbuhan jamur madu yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman (menjadi layu)
|
Stuktur Bangunan
|
1.
Melarutkan Kalsium Karbonat pada beton, lantai
marmer
2.
Melarutkan tembaga dan baja
3.
Mempercepat korosi pada pipa saluran air
4.
Mengikis bangunan candi dan patung
|
2.14 Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan
Mencegah Dampak Dari Hujan Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah
menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari
terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar
dari gas buangan dan penghematan energi.
a)Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi.
Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi
kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan
menggunakan bahan bakar non-belerang atau bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan, misalnya metanol, etanol dan hidrogen.
b)Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple
burners (LIMB). Selain
itu, bisa juga dilakukan dengan penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur okida
hingga 80-95 % .
c) Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah
hasil pembakaran. Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan
menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan
dapat dipergunakan sebagi pupuk.
d) Mengaplikasikan Prinsip 3R (Reuse,
Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat
memproduksi suatu barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau
dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat
dikurangi.
e) Melakukan Reboisasi atau Penanaman Kembali
Keberhasilan program reboisasi dan rehabilitasi lahan
akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan terutama
dalam aspek:
1. Fungsi hidrologi
2. Fungsi
perlindungan tanah
3. Stabilitas iklim
mikro
4. Penghasil O2,
dan penyerap gas-gas pencemar udara
5. Potensi sumberdaya
pulih yang dapat dipanen
6. Pelestarian
sumberdaya plasma nutfah
7. Perkembangbiakan
ternak dan satwa liar
8. Pengembangan
kepariwisataan dan rekreasi
9. Menciptakan
kesempatan kerja
10. Penyediaan
fasilitas pendidikan dan penelitian.
Pada tahun 1970 Amerika mulai mengontrol emisi SO2 dan
NOx dengan peraturan pemerintah.Peraturan ini
menentukan standar polutan dari kendaraan bermotor dan industri. Pada tahun
1990 kongres menyetujui amandemen untuk lebih memperketat kontrol emisi yang
menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mempu mengurangi
pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16
juta ton. US juga merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton
pada tahun 2010.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim .
2009. Cause and
Effects of Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.buzzle.com/
articles/ causes – and – effects – of – acid –rain.html. Diakses
pada: 4 Mei 2011.
Harjanto,
N.T., 2008. Dampak Lingkungan Pusat Listrik Tenaga Fosil Dan Prospek Pltn
Sebagai Sumber Energi Listrik Nasional. Pusat Teknologi Bahan Bakar
Nuklir, BATAN. Diperoleh dari:http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi
/PIN/ pin-pdf/ 06Anto.pdf. Diakses pada: 5 Mei 2011.
Howard,
Rhonda. 2010. Acid Rain and Heart Disease. Diperoleh pada:http://www.ehow.co.uk/about_5640136_
acid- rain- heart- disease .html. Diakses pada: 4 Mei 2011.
Likens, Gene
. 2010. Acid Rain. Diperoleh
dari: http://www.eoearth.org/article/
Acid_rain?topic. Diakses pada 4 Mei 2011.
Nandika,
Dodi.,2004. Hujan Asam Suatu Fenomena yang Mengancam Kelestarian Hutan.
Sataf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Hutan-IPB. Diperoleh dari:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/ 23543/Dodi%
20Nandika_RK.pdf?sequence=1. Diakses pada: 5 Mei 2011.
Ophardt,
C.O., 2003. Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook.
Diakses pada 4 Mei 2011.
Rahardiman,
Arya. 2009. Hujan Asam. Diperoleh dari:http://keslingbanget.blogspot.com/2009/03/
hujan -asam. html. Diakses pada: 5 Mei 2011.
Rahmawaty,
2002. Dampak
Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan. Fakultas Pertanian Program Ilmu
Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Diperoleh dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/857/1/ hutan-rahmawaty2.pdf. Diakses pada 5 Mei 2011.
Sumahamijaya,I.,
2009. Hujan Asam Menghancurkan Bumi.
Diperoleh darihttp://majarimagazine.com/2009/03/
hujan – asam – mencegah – global – warming-menghancurkan- bumi/. Diakses pada 5 Mei 2011.
0 komentar:
Posting Komentar